BERIBADAH YANG SEMPURNA :)
Ibadah bukanlah sekedar gerakan
jasad yang terlihat oleh mata, namun juga harus menyertakan yang lain.
Sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan sholat, ia tidak hanya bergerak
untuk melaksanakan setiap rukun dan wajib sholat, tetapi juga harus menghadirkan
hati sebagai ruh sholat tersebut. Bahkan jika seseorang menampakkan kekhusyukan
badan dan hatinya kosong dan bermain-main maka ia terjatuh dalam kekhusyukan
kemunafikan.
![]() |
Beribadah Yang Sempurna |
Ketahuilah, bahwa ibadah seorang
hamba harus dibangun oleh tiga pilar, dan ketiganya harus terkumpul seluruhnya
dalam setiap muslim. Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan sempurna kecuali
dengan adanya pilar-pilar tersebut. Bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai
‘rukun ibadah’. Tiga hal itu adalah “cinta, takut dan harap”. Sehingga seorang
salaf berkata, “Barang
siapa beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia seorang zindiq, barang
siapa beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka haruri (khowarij), barang
siapa beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia seorang murji’ dan barang
siapa yang beribadah dengan cinta, takut dan harap maka dia seorang mukmin.”
Cinta
Cinta adalah rukun ibadah yang
terpenting, karena cinta adalah pokok ibadah. Makna cinta tidak terbatas hanya
kepada hubungan kasih antara dua insan semata, namun sesungguhnya makna dari
cinta itu lebih luas dan dalam. Kecintaan yang paling agung dan mulia di dalam
kehidupan kita ini adalah kecintaan kita kepada Alloh. Dimana jika seorang
hamba mencintai Alloh, maka dia akan rela untuk melakukan seluruh hal yang
diperintahkan dan menjauhi seluruh hal yang dilarang oleh yang dicintainya
tersebut. Cinta kepada Alloh juga mengharuskan membenci segala sesuatu yang
dibenci oleh Alloh. Sesungguhnya apabila ditanyakan kepada setiap muslim “Apakah anda
mencintai Alloh?” maka tentu dia akan menjawab “Tentu saja”.
Namun pernyataan tanpa bukti
tidaklah bermanfaat. Alloh tidak membutuhkan pernyataan belaka, Dia
menginginkan agar kita membuktikan pernyataan kita “Aku cinta Alloh”.
Oleh karena itulah, Alloh menguji setiap muslim dalam firman-Nya, “Katakanlah
(wahai muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31). Ya, bukti kecintaan kita kepada
Alloh adalah dengan mengikuti Rasululloh dalam segala hal. Bahkan kecintaan
kita terhadap beliau harus lebih dari kecintaan kita terhadap diri sendiri dan
keluarga. Beliaulah teladan baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan
sebagainya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab:
21)
Maka jika kita mencintai Alloh,
mari kita buktikan dengan menjadikan Rasululloh sebagai panutan kita, bukan
dengan menjadikan orang-orang kafir sebagai panutan, walaupun mereka itu
populer dan terkenal seperti artis, selebritis dan semacamnya. Karena
sesungguhnya Rosululloh bersabda “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya (di hari
akhirat nanti).” (HR. Muslim). Dimana makna dari hadits ini adalah
jika ketika di dunia kita mencintai orang-orang shaleh (seperti para rosul dan
nabi) dan menjadikan mereka teladan, maka di akhirat nanti kita akan bersama
mereka, dan sebaliknya jika ketika di dunia kita mencintai orang-orang kafir
dan menjadikan mereka teladan, maka di akhirat nanti kita pun akan bersama
mereka. Bukankah tempat mereka di akherat merupakan seburuk-buruk tempat.
Duhai, betapa musibah yang sangat besar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar